Judul : Fetih 1453
Tahun : 2012
Genre : Action, Adventure, Drama
Sutradara : Faruk Aksoy
Pemain : Devrim Evin, Ibrahim Celikkol and Dilek Serbest
Review:
Fetih 1453 adalah sebuah
film sejarah epik yang dibuat di Turki. Film yang dibuat dengan US$
17 juta atau sekitar Rp 158 miliar ini menceritakan tentang
pembebasan Bizantium (Romawi Timur) dengan ibukotanya Konstantinopel
(Istambul) oleh Sultan Mehmed II (Muhammad Al-Fatih). Dengan biaya
sebesar itu menjadikan Fetih 1453 sebagai film termahal yang pernah
dibuat sepanjang sejarah perfilman Turki.
Film
ini dibuat mulai September 2009 dan baru selesai Januari 2011.
Rencana akan mulai ditayangkan diseluruh dunia mulai 17 Pebruari 2011.
Dan yang akan pertama kali menyambutnya adalah Mesir, Turki, Uni
Emirat Arab, Kazakstan, Ajerbaizan, Inggris, Amerika Serikat,
Perancis, Jerman, Georgia, Macedonia, dan Rusia.
Film
yang dibintangi oleh Devrim Evin sebagai pemeran Sultan Al-Fatih
ini disutradarai oleh Faruk Asoy dengan beberapa aktor lainnya
seperti İbrahim Çelikkol sebagai Ulubatli Hasan, Recep Aktuğ sebagai
Constantine XI, dan lain sebagainya yang sebagian besar berasal
dari Turki.
Sekilas Tentang Muhammad Al – Fatih
Sultan
Muhammad Al-Fatih atau juga yang dikenal sebagai Sultan Mehmed II
merupakan seorang pemimpin tangguh yang sudah dari kecil menerima
banyak didikan agama. Beliau dilahirkan pada tanggal 26 Rajab tahun 833
H.
Pada usia 21 tahun, ia
mampu menguasai 6 bahasa dan ahli bidang strategi perang, sains,
matematika. Sisi lain dibalik kesuksesan dan jiwa kstarianya, ternyata
yang paling membuat beliau tangguh luar dalam adalah ketekunannya
dalam shalat Tahajud.
Sejak
kecil, Sultan Murad II, yaitu ayah dari Sultan Muhammad Al-Fatih
sangat menekankan pentingnya pendidikan agama. Sehingga tidak sedikit
para ulama yang didatangkan untuk mendidik beliau, yang diantaranya
adalah Syekh Ahmad bin Ismail Al-Kuroniy, seorang pakar fikih yang
juga memiliki pengetahuan yang dalam dalam bidang ilmu Nahwu, Ma’ani,
dan Bayan.
Kebesaran nama
Sultan Muhammad Al Fatih berusaha ditutupi oleh berbagai propaganda
barat, mulai dari pengurangan studi seputar sejarah Islam yang bahkan
sangat terasa di Indonesia yang mayoritas Islam sekalipun, hingga
pembuatan berbagai cerita dan kisah yang dipelintir untuk
memembengkokan kebenaran sejarah.
Sosok Muhammad Al-Fatih adalah jawaban kebenaran atas sabda Rasulullah SAW :
“Konstantinopel
akan dibebaskan di tangan seorang laki-laki. Maka sebaik-baik
pemimpin adalah pemimpin yang membebaskan kota itu. Dan sebaik-baik
tentara adalah tentaranya.”(HR. Ahmad)
Sebuah
hadist yang menggerakan jiwa-jiwa pemuda Islam yang bermental jihad
untuk berlomba-lomba membebaskan Konstantinopel. Yang disaat itu
seperti sesuatu yang mustahil untuk ditaklukan oleh siapapun, karena
pada saat itu Konstatinopel bisa dibilang sebagai jantungnya dunia.
Strategi Perang Yang “Gila”
Hari
Jumat, 6 April 1453 M, Sultan Muhammad II bersama gurunya Syaikh
Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya Halil Pasha dan Zaghanos Pasha
merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru
benteng kota tersebut dengan berbekal 150.000 ribu pasukan dan
meriam teknologi baru pada saat itu. Muhammad II mengirim surat
kepada Paleologus untuk masuk islam atau menyerahkan penguasaan kota
secara damai dan membayar upeti atau pilihan terakhir yaitu perang.
Constantine menjawab bahwa dia tetap akan mempertahankan kota
dengan dibantu Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovani
Giustiniani dari Genoa.
Pemindahan 70-an Kapal Melalui Jalur Darat Dalam 1 Malam
Kota
dengan benteng lebih dari 10 meter tersebut memang sulit ditembus,
di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7 meter. Dari
sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng dua lapis, dari
arah selatan Laut Marmara pasukan laut Turki harus berhadapan
dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani dan dari arah timur armada
laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn yang sudah dilindungi
dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa
lewat.
Berhari-hari hingga
berminggu-mingu benteng Byzantium tak bisa dijebol, kalaupun runtuh
membuat celah maka pasukan Constantine langsung mempertahankan celah
tersebut dan cepat menutupnya kembali. Usaha lain pun dicoba dengan
menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan
kota, namun juga gagal.
Hingga
akhirnya sebuah ide yang terkesan bodoh dilakukan hanya dalam waktu
semalam. Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui Teluk
Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan,
yaitu dengan memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari
rantai penghalang, hanya dalam semalam dan 70-an kapal bisa memasuki
wilayah Teluk Golden Horn (ini adalah ide ”tergila” pada masa itu
namun taktik ini diakui sebagai taktik peperangan (warfare strategy)
yang terbaik di dunia oleh para sejarawan barat sendiri.
Download :