Minggu, Oktober 28

Gajah Mada 4; Perang Bubat


Judul Buku: Gajah Mada Perang Bubat
Penulis: langit Kresna Hariadi
Penerbit: Tiga Serangkai
Tebal Buku: 441

Review

Salah satu serial buku karangan Langit Kresna Hariadi dari seorang Gajah Mada. Penulis baru didunia perindustrian buku yang ikut meramaikan dunia penulisan di Indonesia. Buku yang berjudul Perang Bubat dengan cover yang cukup dramatis bernuansakan warna merah darah dengan penggambaran perang yang telah usai dan banyak korban berjatuhan dimana-mana. Cukup membuat menarik para pembaca yang penasaran dengan latar belakang lahirnya Perang Bubat.

Salah satu buku yang cukup berat karena lahir berdasarkan sejarah yang ada, Langit Kresna patut untuk diacungi jempol dalam kepiwaian nya memadu padankan sejarah yang ada dengan imajinasi nya. Mampu membuat pembaca percaya bahwa cerita yang digambarkan pengarang memang benar-benar terjadi sampai ke setiap detailnya.

Cerita diawali ketika salah satu tokoh kiai, sesepuh didalam kerajaan, yang akan meninggal tapi mendapatkan kesulitan dalam melepas raga dikarenakan ilmu kebatinan yang dimilikinya. Disinilah awal mula pembaca disuguhi bahwa seorang Gajah Muda selain piawai dalam melebarkan sayapnya diseluruh nusantara dia pun memang mempunyai ilmu kebatinan dalam dirinya. Yaitu ilmu yang mampu membuat seseorang mempunyai umur yang panjang sampai berumur ratusan. Hingga akhirnya Gajah Mada lah yang bersedia menerima ilmu itu agar sang kiai mampu melewati gerbang kematian.
Cerita-cerita Gajah Mada dalam novel karangan Langit Kresna ini cukup kental akan nuansa ilmu kebatinannya yang justru membuat novel ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri, meski awalnya mungkin bagi para pembaca yang tidak bisa membayangkannya lambat laun akan ikut tersihir dengan segala macam "ilmu" baru dalam novel ini.

Ambisiusnya seorang Gajah Mada cukup kentara terlihat dalam edisi perang bubat ini. Ketika Gajah Mada mulai menyatakan keinginannya untuk menguasai tanah Sunda yang waktu itu diperintah oleh seorang Maharaja yang bernama Linggabuana dalam sebuah pemerintahan bernama Sunda Galuh.
Dalam buku ini digambarkan ternyata keinginan Sang Patih yang ingin menguasai Sunda Galuh tidak banyak disetujui oleh para tokoh penting didalam kerajaan itu sendiri, seperti para ibu suri dan beberapa pejabat penting lainnya. Sayangnya Maharaja Hayam Wuruk itu sendiri tidak digambarkan dengan baik, apa sebenarnya yang menjadi keinginannya dalam hal memandang keinginan Gajah Mada yang ingin menguasai Sunda Galuh. Seorang raja yang hanya digambarkan sebagai seorang pemuda tampan yang sudah menjelang masa kedewasaan dengan maksud mencari yang akan menjadi permaisuri nya kelak. Sosok Gajah Mada sangat kuat digambarkan disini karena memang pengarang menampilkan Gajah Mada yang hebat sebagai tokoh utama sehingga dalam edisi perang bubat ini seorang Hayam Wuruk hanya menjadi tokoh sampingan saja bagi seorang Gajah Mada.

Sebuah tonggak sejarah yang banyak orang menganggap bahwa Perang Bubat adalah awal mulanya muncul sentimen bagi orang jawa dan orang sunda. Sehingga banyak muncul kehati-hatian pengarang dalam menampilkan beberapa percakapan ataupun adegan yang terjadi dalam buku ini baik tentang ambisiusnya Gajah Mada yang kekeuh ingin Sunda Galuh dibawah bendera Majapahit meski terkadang ditampilkan percakapan-percakapan Gajah Mada cukup berani dalam pandangannya terhadap Sunda Galuh.

Meski begitu pengarang sudah cukup maksimal dalam usahanya mengharmoniskan Sunda dan Jawa dalam bukunya ini dan layak membuatnya menjadi satu-satunya penulis di Indonesia yang berani menampilkan sejarah dalam bentuk novel yang dikemas sangat menarik. Karena memang tidak sedikit orang yang berminat dalam sejarah, pengecualian bagi seorang Langit Kresna. Banyak penggambaran yang diperlihatkan oleh penulis kelebihan dan kekurangan masing-masing suku. Cukup membuat penulis berada dalam posisi nentral terlepas dia sendiri adalah orang Jawa. Lagipula memang pengarang menggandeng seseorang yang berasal dari Sunda untuk menetralkan cerita yang digarap oleh penulis.
Sampai akhirnya cerita disudahi dengan sebuah peperangan yang sangat bersejarah yang terjadi di Lapang Bubat di kerajaan Majapahit. Digambarkan dalam buku ini bahwa kesalah pahaman yang terjadi sebenarnya ulah dari bawahan Gajah Mada yang lebih ambisius dan culas dalam keinginannya membuat Sunda Galuh bertekuk lutut.

Cerita klimaksnya adalah ketika akhirnya rombongan dari Sunda Galuh membawa calon pengantin yaitu sang putri Dyah Pitaloka Citraresmi yang akhirnya membuat luluh hati sang raja Hayam Wuruk, terhambat di lapangan Bubat. Karena penyambutan tidak diadakan bagi pihak sunda galuh sehingga pihak Majapahit yang menyangka bahwa kedatangan sunda galuh memang akan telat dimanfaatkan oleh pihak ketiga yang memang menginginkan pernikahan antara Dyah Pitaloka dan Hayam Wuruk tidak akan pernah terjadi.

Gajah Mada menganggap bahwa penyerahan Dyah Pitaloka dianggap sebuah upeti dari Sunda Galuh bagi majapahit yang mengakui dibawah satu bendera tapi tidak bagi pihak Sunda Galuh itu sendiri. Pun Hayam Wuruk yang memang menganggap bahwa pinangannya murni karena memang ingin menikahi Dyah Pitaloka tanpa menganggap ada sesuatu dibalik itu semua.

Sampai akhirnya peperangan tidak dapat dielakkan lagi ketika pihak-pihak ketiga yang semakin mengeruhkan suasana dan kehormatan para Sunda Galuh yang tinggi meletus lah Perang Bubat. Jelas tergambar segala suasananya dalam peperangan ini juga tindakan heroik Dyah Pitaloka dengan membunuh dirinya sendiri ketika mengetahui kedua orang tuanya sudah meninggal.

Cerita diakhiri dengan suasana kerajaan yang mendengar berita habisnya pasukan Sunda Galuh diperangi oleh pasukan Majapahit membuat suasana kerajaan menjadi berkabung bukannya bersuka ria menerima kemenangan dipihak Majapahit. Sampai Gajah Mada akhirnya harus menerima tanggung jawabnya dengan meletak jabatan dan diasingkan di Madakaripura. Sebuah rapor merah bagi seorang Gajah Mada diantara prestasinya melebarkan sayap Majapahit diseluruh nusantara yaitu keberhasilannya memenangi peperangan melawan pasukan Sunda Galuh ditanahnya sendiri di lapangan Bubat.


Download Perang Bubat  (tidak full)

Artikel Terkait:

0 komentar:

Posting Komentar

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInRSS FeedEmail

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons