Judul : Allah, Liberty & Love; Suatu Keberanian Mendamaikan Iman dan Kebebasan
Penulis : Irshad Manji
Penerjemah: Meithya Rose Prasetya
Penerbit: Renebook
Tahun : 2012
Hal : xxviii + 352 hal; 14 x 21 cm
ISBN: 978-602-19153-4-9
ISBN: 978-602-19153-4-9
Format : pdf
Sebuah buku kontroversial yang rasanya kita tidak boleh melakukan penghakiman tanpa terlebih dahulu membaca dan memahami isinya.
Kutipan Pengantar:
......“Aku ke sini untuk menjalin percakapan,” aku menenangkan mereka, “percakapan tentang Islam yang sangat berbeda.” Kita semua tahu tentang Islam yang muncul di tajuk utama media massa: tiga serangkai kengerian, yaitu pengeboman, pemenggalan, dan darah. Kita juga tahu, menurut Muslim moderat, Islam itu damai. Setiap orang boleh jadi telah memberikan hal yang kurang lebih sama, tapi bukan itu misiku. Aku janji, cerita yang akan kututurkan, “berkisar satu gagasan sangat besar, yang kuyakini memiliki kapasitas untuk mengubah dunia untuk selamanya.”
Gagasan itu adalah ijtihad—tradisi dalam Islam yang mencakup perbedaan pendapat, penalaran, dan penafsiran kembali. Untuk para peserta non-Muslim, aku melafalkannya secara hati-hati: ij-tee-had. Kata ini berasal dari akar yang sama dengan kata jihad, “berjuang,” tapi tidak seperti jihad (berjuang) yang penuh kekerasan, ijtihad terkait dengan perjuangan untuk memahami dunia kita dengan menggunakan pikiran. Tentu, ini berimplikasi pada penggunaan kebebasan untuk mengajukan pertanyaan—yang terkadang terasa begitu tidak nyaman. Aku bicara mengenai mengapa kita semua memerlukan ijtihad, baik bagi kaum Muslim maupun non-Muslim.
Yang membuatku tak sabar untuk bercerita adalah surel dari Jim, salah seorang pembacaku dari Amerika. “Pesan tentang ijtihad, tentang mengajukan pertanyaan, berguna bukan hanya bagi umat Muslim,” ungkapnya dengan penuh antusias.
Buanglah sekat-sekat kebenaran politik dan berdiskusilah, berdebatlah, tantanglah, dan belajarlah. Seorang perempuan Muslim berkulit cokelat (aku) menginspirasi seorang lelaki Nasrani berkulit putih! Bukankah kebebasan itu mengagumkan?
Gagasan itu adalah ijtihad—tradisi dalam Islam yang mencakup perbedaan pendapat, penalaran, dan penafsiran kembali. Untuk para peserta non-Muslim, aku melafalkannya secara hati-hati: ij-tee-had. Kata ini berasal dari akar yang sama dengan kata jihad, “berjuang,” tapi tidak seperti jihad (berjuang) yang penuh kekerasan, ijtihad terkait dengan perjuangan untuk memahami dunia kita dengan menggunakan pikiran. Tentu, ini berimplikasi pada penggunaan kebebasan untuk mengajukan pertanyaan—yang terkadang terasa begitu tidak nyaman. Aku bicara mengenai mengapa kita semua memerlukan ijtihad, baik bagi kaum Muslim maupun non-Muslim.
Yang membuatku tak sabar untuk bercerita adalah surel dari Jim, salah seorang pembacaku dari Amerika. “Pesan tentang ijtihad, tentang mengajukan pertanyaan, berguna bukan hanya bagi umat Muslim,” ungkapnya dengan penuh antusias.
Buanglah sekat-sekat kebenaran politik dan berdiskusilah, berdebatlah, tantanglah, dan belajarlah. Seorang perempuan Muslim berkulit cokelat (aku) menginspirasi seorang lelaki Nasrani berkulit putih! Bukankah kebebasan itu mengagumkan?
Halaman xii - xiii
0 komentar:
Posting Komentar