Judul : Syekh Siti Jenar; Makrifat dan makna kehidupan
Volume 2 dari Syekh Siti Jenar, Achmad Chodjim
Penulis : Achmad Chodjim
Penerbit : Penerbit Serambi, 2007
ISBN : 9791275645, 9789791275644
Tebal : 331 halaman
Volume 2 dari Syekh Siti Jenar, Achmad Chodjim
Penulis : Achmad Chodjim
Penerbit : Penerbit Serambi, 2007
ISBN : 9791275645, 9789791275644
Tebal : 331 halaman
Ia
juga akrab dipanggil Syekh Lemang Abang. Ketinggian Ilmunya mengundang
curiga. Wali-wali sepuh yang mengajarnya menyangka dia punya ilmu sihir.
Padahal, yang muncul tiba-tiba dan disaksikan oleh santri-santri Giri
adalah keramahannya. Tetapi, yang membuat Syekh Siti Jenar mencuat bukan
semata-mata ketinggian ilmunya, melainkan praktik hidupnya yang
egaliter, merasa sama dengan orang lain.
Keteladanannya
dalam beragama mudah diikuti orang lain. Tak heran bila setiap hari
mesjid di Pesantren Lemah Abang dipenuhi orang.
Melanjutkan
buku sebelumnya – Syekh Siti Jenar: Makna Kematian – buku ini bukanlah
sejarah hidup Syekh Siti Jenar, melainkan ulasan ajarannya. Jika buku
pertama lebih mengulas eksistensi manusia, buku ini mengupas tauhid,
akhlak, dan makrifat Syekh Siti Jenar.
Tauhid
yang menjadi landasan pokok dalam beragama ia ajarka hingga tuntas.
Sifat 20 tidak diajarkan sebagai sifat Tuhan semata, tapi juga sifat
yang disandang oleh hamba-Nya yang Mukmin. Justru di sinilah ajaran Siti
Jenar lebih menarik daripada ajaran yang disampaikan oleh para wali
lainnya.
Rukun
Islam dijabarkan sebagai basis perilaku dalam hidup sehari-hari. Muslim
sejati tak sekedar mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat, berpuasa,
menunaikan zakat, dan berhaji secara formal. Kalau hanya itu, muslim
sulit melepas mentalitas pembangunan yang buruk, mental korupsi dan
kolusi. Warisan lama inilah yang hendak diberantas oleh Syekh Siti
Jenar.
Bagi
Syekh, iman bukanlah semata-mata kepercayaan. Iman harus dapat
ditransformasikan dalam kehidupan. Iman bukanlah bekal untuk menghadapi
kematian sebagaimana kita membawa bekal dalam perjalanan yang jika kita
lapar lalu kita makan. Di tangan Syekh, rukun iman melahirkan
‘kemanunggalan iman, sebagai wujud ‘manunggaling kawula klawan Gusti’
dalam kehidupan nyata di bumi. Rukun Islam dan Iman tidak hanya
dipraktikan berdasarkan olah budi dan cipta. Bila tidak berada di atas
kehendak Tuhan, keinginan akan mengotori Jiwa (nafs). Hanya bila budi
dan cipta telah dipimpin Tuhan, kita akan terlepas dari ketersesatan.
Syekh
juga mengupas lugas makna sifat Rasul bagi kehidupan kita, rahasia
Sasahidan, dan pandangan revolusioner tentang Hari Akhir.
2 komentar:
2 thumb for him..
linknya udah mati bro. maksih
Posting Komentar