Directed by Phyllida Lloyd Produced by Damian Jones Written by Abi Morgan Starring
Meryl Streep, Jim Broadbent, Anthony Head, Richard E Grant, Alexandra
Roach, Harry Lloyd, Olivia Colman, Nicholas Farrell, Paul Bentley, Robin
Kermode, John Sessions, Roger Allam, Michael Pennington, Angus Wright,
Julian Wadham, Reginald Green, Teresa Mahoney, Mary Robinson, Nick Shaw Music by Thomas Newman Cinematography Elliot Davis Editing by Justine Wright Studio Film4/UK Film Council/Canal+/CinéCinéma/Goldcrest Film Production LLC/DJ Films/Pathé Running time 105 minutes Country United Kingdom, France Language English
Review:
The Iron Lady adalah sebuah film
biopik yang mengisahkan mengenai perjalanan hidup Margaret Thatcher,
salah satu tokoh politik wanita paling berpengaruh di dunia yang
berhasil mencatatkan sejarah sebagai wanita pertama yang menduduki kursi
Perdana Menteri di Inggris dan kemudian menjabat posisi tersebut selama
lebih dari satu dekade. Jelas, dalam masa kepemimpinan yang panjang
tersebut, Inggris telah melalui begitu banyak gejolak maupun intrik
politik, ekonomi dan sosial dalam tatanan pemerintahan dan
masyarakatnya. Pun begitu, The Iron Lady, yang diarahkan oleh Phyllida Lloyd (Mamma Mia!, 2008) dengan naskah yang dituliskan oleh Abi Morgan (Shame,
2011), sama sekali tidak memiliki kedalaman apapun dalam penceritaannya
yang mampu membuat kehidupan Thatcher – yang dipenuhi banyak drama baik
dalam kehidupan politik maupun pribadinya – terlihat menarik untuk
disaksikan dalam sebuah film yang berdurasi sepanjang 105 menit.
Benar, Meryl
Streep – sang diva legendaris Hollywood yang hampir tidak pernah
melakukan kesalahan dalam penampilan aktingnya – memerankan karakter
Thatcher. Dan benar, Streep, dengan bantuan tata rias yang benar-benar
kompleks dan membuat tampilan Streep benar-benar menyerupai Thatcher,
sekali lagi membuktikan bahwa ia dapat memerankan karakter apa saja yang
ia inginkan, lengkap dengan gestur tubuh yang meyakinkan serta tampilan
emosi yang begitu kuat. Dalam The Iron Lady, penampilan luar
biasa Streep sebagai Thatcher adalah satu-satunya hal yang mampu
menghindarkan film tersebut dari penilaian sebagai sebuah film yang
datar dan cenderung gagal. Selain Streep, The Iron Lady nyaris tampil layaknya sebuah film biopik standar yang gagal untuk memberikan kehidupan dan ketertarikan pada jalan ceritanya.
Dengan menggunakan alur cerita maju mundur, The Iron Lady
mengisahkan bagaimana seorang Margaret Thatcher (Meryl Streep) memulai
perjalanan karirnya di dunia politik, semenjak ia muda (Alexandra Roach)
dan menapakkan kakinya di dunia politik hingga akhirnya ketika ia
memutuskan untuk mengajukan dirinya sebagai ketua Partai Konservatif
Inggris sekaligus menjadi Perdana Menteri Inggris. Berkat jalan
pemikirannya yang tegas, Thatcher kemudian berhasil mendapatkan banyak
dukungan dan akhirnya terpilih sebagai wanita pertama yang menduduki
kursi pemerintahan tertinggi di negara Inggris tersebut. Thatcher bahkan
mampu melanjutkan kekuasaannya selama lebih dari satu dekade.
Dalam kepemimpinan Thatcher, Inggris
melalui begitu banyak kemajuan, baik di bidang ekonomi, sosial dan
politik. Namun, kepemimpinan Thatcher juga dilalui dengan begitu banyak
keputusan-keputusan kontroversial yang akhirnya membuat figur Thatcher
semakin banyak kurang dipandang baik oleh para koleganya di Partai
Konservatif. Thatcher akhirnya ‘digulingkan’ oleh rekan-rekan
separtainya pada tahun 1990. Selepas dari jabatannya tersebut, Thatcher
lebih banyak mengasingkan dirinya. Seiring dengan waktu, Thatcher tumbuh
menjadi sosok penderita penyakit dementia yang sulit untuk
membedakan masa lalu dengan masa sekarang… termasuk sering mengira bahwa
sang suami, Denis Thatcher (Jim Broadbent) yang telah lama meninggal
dunia, masih sering berada di sisinya.
Walaupun penonton tidak dibekali dengan
pengetahuan yang cukup mendalam mengenai sosok seorang Margaret
Thatcher, mungkin setiap orang akan dapat merasakan bahwa sosok seorang
pemimpin yang menduduki jabatannya selama lebih dari satu dekade adalah
sesosok pimpinan yang jelas memberikan pengaruh yang mendalam pada
orang-orang yang ia pimpin. Kepemimpinan Thatcher, seperti yang
digambarkan dalam film ini, melalui begitu banyak kejadian bersejarah.
Sayangnya, The Iron Lady gagal untuk menangkap berbagai esensi
penting dari kejadian-kejadian yang dialami seorang Margaret Thatcher
untuk kemudian menuangkannya dalam sebuah jalan cerita yang mampu
menarik perhatian penontonnya.
Layaknya karakter seorang Margaret Thacher yang menderita dementia,
naskah cerita karya Abi Morgan terlihat kebingungan untuk mengarahkan
fokus cerita apa yang ingin ia hadirkan kepada penonton dari sisi
kehidupan Margaret Thatcher. Apakah dari latar belakangnya sebagai anak
seorang pemilik toko sukses di sebuah kota kecil? Kehidupannya sebagai
seorang wanita dengan jalan pemikiran yang lebih maju dari kebanyakan
karakter pria yang berada di sekitarnya? Bagaimana Thatcher memegang dan
mengendalikan kursi Perdana Menteri yang ia duduki? Atau kisahn
kehidupan Thatcher pasca melepaskan kursi kekuasaannya tersebut. Morgan
mencoba untuk menggabungkan seluruh elemen cerita tersebut. Sayangnya,
Morgan tidak memiliki kemampuan yang kuat untuk memberikan setiap elemen
cerita sebuah tambahan sisi cerita yang menarik dan mampu membuat
rangkaian-rangkakaian kisah tersebut menjadi cukup berarti untuk
disimak.
Pengarahan Phyllida Lloyd juga terasa
begitu datar. Lloyd gagal untuk menjaga intensitas alur cerita yang ia
hadirkan. Hasilnya, kisah kehidupan karakter Thatcher yang sebenarnya
dipenuhi dengan begitu banyak intrik, menjadi hadir tak lebih dari
sekedar kilasan-kilasan kisah belaka. Tak mampu untuk digali dengan
sempurna. Lloyd juga gagal untuk mengeksplorasi kemampuan akting para
pengisi departemen aktingnya. Selain Streep, hampir tidak ada jajaran
pemeran The Iron Lady yang mampu memberikan penampilan apik
mereka akibat kurangnya pendalaman karakter yang diberikan. Ini begitu
terasa pada karakter yang diperankan oleh Jim Broadbent, yang sebenarnya
memerankan sesosok karakter yang cukup krusial, namun tersia-siakan
akibat ketiadaan pendalaman karakter yang layak.
Penampilan Meryl Streep dalam The Iron Lady
jelas merupakan sebuah penampilan yang sangat spektakuler. Salah satu
penampilan terbaik dari seorang aktor maupun aktris di sepanjang tahun
lalu. Sayangnya, penampilan apik Streep tersebut adalah satu-satunya
yang mampu membuat The Iron Lady untuk tidak dipandang sebelah
mata. Pengarahan Phyllida Lloyd begitu datar atas naskah cerita yang
juga tidak begitu istimewa dari Abi Morgan. Akibatnya, penonton jelas
akan merasa terkesima melihat bagaimana Streep mampu membawakan karakter
Margaret Thatcher dengan sempurna, namun tidak akan dapat menyingkirkan
fakta bahwa mereka juga merasa kisah cerita yang dihadirkan pada mereka
tampil begitu datar dan jauh dari kesan emosional.
Sumber review: Review: The Iron Lady (2011)
0 komentar:
Posting Komentar