Sesungguhnya akhir hidup yang paling indah adalah mati dengan menyandang
syahdadah Allah. Mati berkalang tanah bersimbah darah dalam medan
perang karena memuliakan Allah dan Rosul-Nya. Dien dan orang-orang yang
beriman. Dan kematian yang paling jelek adalah kematian di atas
pembaringan karena tidak berjihad sebagaimana layaknya kematian seekor
unta di dalam kandangnya. Singa-singa itu telah keluar dari kandangnya
berjalan menuju medan perang menerkam mamgsanya.
Para peminang
bidadari ini telah terbang menuju mejan jihad menerjang badai menahan
arus memerangi orang-orang kafir demi mendapat syahadah. Biarlah badan
berlumur darah, berkalang tanah, atau badan hancur luluh lantah tulang
belulangnya karena berperang menyambut seuran dari Rob-Nya Yang Maha
Perkasa. Buku ini menyajikan kisah-kisah para syuhada peminang bidadari
yang telah mendahului kita mendapt rahmat-Nya terbang di Jannah di
dalam rongga burung hijau, telah merasakan nikmatnya Jannha dan telah
bermesraan dengan kekasihnya Lu’bah dan “amul Mardhiyah.
Artikel Terkait:
Sastra - Religi
- Laskar Mawar
- Satu Tiket ke Surga
- Kapas-kapas di Langit
- Setelah Kau Menikahiku
- Bidadari untuk Ikhwan
- Rembulan di Mata Ibu
- J-Two on A Mission
- Isteri Kedua
- Cinta Lelaki Biasa
- Catatan Hati Seorang Istri
- Catatan Hati di Setiap Sujudku
- Lelaki Kabut dan Boneka
- Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali
- Bidadari-bidadari Surga
- Moga Bunda Disayang Allah
- Hafalan Shalat Delisa
- Bumi Cinta
- Nyanyian Cinta
- Di Atas Sajadah Cinta
- Pudarnya Pesona Cleopatra
- Mahkota Cinta
- Takbir Cinta Zahrana
- Dalam Mihrab Cinta
- Ayat-ayat Cinta
0 komentar:
Posting Komentar