Rabu, Juli 11

Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali



Judul Buku : Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali, 
Pengarang : Helvy Tiana Rosa 
Penerbit : Asma Nadia

Nama Helvy Tiana Rosa sebagai penulis yang menghasilkan karya-karya dengan benang merah keislaman yang tebal telah dikenal hingga ke negara-negara tetangga. Bukan saja karyanya yang dibaca, Helvy juga sering diundang ke berbagai acara tentang sastra Islami di dalam dan luar negeri.
Para kritikus sastra sering menyebut Helvy sebagai salah satu penulis Indonesia yang benar-benar menyuguhkan karya sastra Islam. Ia menyajikan tema Islami bukan sebagai bumbu pemanis karya semata, tapi menyuguhkan tema Islami sebagai tema utama yang tampil utuh. Melalui cerpen, Helvy menyampaikan pesan-pesan kedamaian dan kecintaan pada Islam. Ia juga menjadikan cerita-cerita itu sebagai pengundang hidayah untuk pembaca agar lebih semakin mendekatkan diri dengan Islam.
Kali ini, Helvy menyuguhkan buku kumpulan cerita pendek dalam buku kumpulan ’Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali’. Di dalamnya ada 15 cerpen yang berbicara tentang kehidupan dan kemanusiaan yang bertemakan Islam.
Judul buku kumpulan cerpen ini, ’Ketika Mas Gagah Pegi dan Kembali’ (KMGPDK) diambil dari salah satu judul cerpen Helvy yang fenomenal ’Ketika Mas Gagah Pergi’ (KMGP). Cerpen KMGP sebelumnya terbit pertama kali di majalah Islam Annida pada 1993. Sejak pertama terbit cerpen ini mengundang banyak perhatian pembaca. KMGP dianggap sebagai pelopor kebangkitan sastra Islam kontemporer di Indonesia pada era 1990-an itu. Setelah terbit di majalah Annida, KMGP dicetak dalam bentuk buku pertama kali pada 1997. Setelah itu KMGP diterbitkan berkali-kali dalam bentuk buku. Tercatat sudah lebih dari 15 kali penerbitan ulangnya.
Kali ini KMGP diterbitkan kembali dengan cerita lanjutannya, KMGPDK. Jika awalnya KMGP adalah cerpen sepanjang 15 halaman pada KMGPDK cerita diperpanjang menjadi sejenis novelet 64 halaman. Helvy melebur cerpen KMGP cersi lama dengan cerpen ’Lelaki Tak Bernama’ sehingga menjadi cerita baru yang lebih segar.
Lalu apa yang menarik dari KMGP sehingga sekarang KMGP kembali diterbitkan lanjutannya dalam KMGPDK? Cerpen KMGP banyak mengunang perhatian pembaca terutama pembaca remaja karena benar-benar diceritakan berdasarkan sudut pandang kebanyakan remaja yang belum banyak mengenal Islam lalu perlahan-lahan jatuh cinta pada Islam.
Tokoh Mas Gagah dan tokoh Gita dalam cerpen KMGP mewakili remaja yang perlahan mengenal dan jatuh cinta pada Islam lalu mengamalkan Islam dengan lebih benar. Gita, adik dari tokoh Gagah awalnya tak menerima sang Kakak yang gauh dan keren benama Mas Gagah berubah menjadi ‘aneh’ dan berubah kebiasannya. Keanehan di sudut pandang Gita inilah sudut pandang remaja biasa yang belum banyak mengenal Islam. Bagaimana Gita menilai pakaian koko adalah pakaian yang kuno dan tidak keren. Lagu-lagu nasyid arab dan nasyid adalah kuno dan membosankan. Dan sikap tak ingin bersalaman dan menundukkan pandangan adalah perilaku sombong. Melalui cerpen ini secara langsung, tak langsung Helvy sekaligus memberikan penjelasan apa sebenarnya dibalik ‘keanehan’ itu.
Jika KMGP bercerita tentang keheranan Gita pada ‘kebiasaan’ Islami Mas Gagah. Pada KMGPDK diceritakan bagaimana Gita mengenal sosok-sosok yang tak juga kalah inspiratif mengamalkan ibadah dan kecintaannya pada Islam, seorang lelak tak bernama yang tergila-gila pada ibadah.
Bukan hanya pada cerpen KMGPDK saja, pada ke-14 cerpen lainnya dalam buku kumpulan cerpen ini, kurang lebih Helvy memberikan pesan utama yang sama : bagaimana seorang generasi muda Islam bersikap. Helvy mengajarkan bagaimana mengamalkan Islam dengan benar, mengajarkan kecintaan dan kepedulian dengan sesama. Yang membuat cerpen-cerpennya menarik Helvy menyuguhkannya seperti seorang teman yang bercerita, bukan seorang guru yang menggurui. Ia menampilkannya dari sudut pandang remaja masa kini kebanyakan lalu menuntun dengan cara bergandengan untuk membawanya pada sudut pandang baru: sudut pandang Islam. Helvy menjadikan cerpen-cerpennya menjadi pengundang hidayah untuk yang membacanya.(Resensiator: Septri Lediana)


Artikel Terkait:

1 komentar:

Deva Shastravan mengatakan...

ebooknya kok dihapus?

Posting Komentar

TwitterFacebookGoogle PlusLinkedInRSS FeedEmail

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost Coupons