Penulis : Helvy Tiana Rosa
Penerbit : PT Syaamil
Tahun Terbit : 2002
Halaman : 202 hal
Lelaki Kabut dan Boneka, sebuah cerpen dalam kumpulan cerpen “Bukavu” Karya Helvy Tiana Rosa, adalah cerpen yang sangat berbeda dari semua cerpen Helvy Tiana Rosa dalam ‘Bukavu’. Cerpen yang mengisahkan satu karakter yang bukan berasosiasi dengan manusia, hewan maupun tumbuhan, menjadikan cerpen ini sungguh abstrak diantara cerpen-cerpen lainnya. Menariknya, karakter utama tidak lagi beradu dengan karakter lain dalam menentukan siapa antagonis atau protagonis. Karakter yang dominan hanya ada satu dalam ‘Lelaki Kabut dan Boneka’, Angkara.
Angkara diceritakan sebagai karakter yang ‘tidak mempunyai wajah yang tetap, tetapi sebenarnya ia ada. Ia selalu bersembunyi di balik rerimbunan kalimat yang dibuat di jalan-jalan sejarah. Ia mengamati langit, bumi, matahari, rembulan, kepekatan dan darah dari balik gumpalan kabut yang diciptakannya sendiri…’(hal.11). Kalimat pembuka seperti inilah yang mengawali penggambaran pengarang tentang karakter utama dalam cerpen ini. Angkara dikisahkan mempunyai sepasukan boneka yang diangkat sebagai anak-anaknya. Mereka inilah yang membantu Angkara mewujudkan skenarionya membuat terror. Merekalah yang mengeksekusi semua korban, membunuh, membakar dan sebagainya.
Di saat Angkara selesai atau akan membuat keonaran, di saat itu pula muncul Sunyi yang selalu mengingatkannya akan kejahatan yang dilakukan. Sunyi merupakan karakter lain dalam cerpen ini. Angkara hanya mampu takluk pada Sunyi, seorang perempuan yang digambarkan berwajah pias dan sangat senang mengenakan baju berwarna pucat dengan kembang-kembang merah yang meleleh seperti darah. Perempuan itu telah’bersamanya bertahun-tahun. Yang menempati hati dan mengecup semua lukanya setiap saat, namun tak sekali pun memangggil namanya’ (hal.14).
Angkara hanya berbuat onar dan melakukan terror. Itu saja yang dilakukannya setiap hari hingga cerita ini berakhir. Bahkan seorang ‘Sunyi’ pun tidak mampu menahannya untuk berhenti. Biarpun sesaat. Dan selalu saja ada korban yang berjatuhan dimana-mana. Darah pun berceceran dimana-mana.
Pengarang, di luar pakem, membuat pembaca seketika menjadi bertanya-tanya akan siapa dan bagaimana karakter utama yang menjadi judul cerpen “Lelaki Kabut dan Boneka’. Inilah dunia abstrak, dunia yang berada diantara ‘batas khayal dan kenyataan’ (hal. 16). Pengarang membawa kita menyusuri dunia yang tidak biasa kita temui, yang tidak nyata tetapi akan selalu hadir dalam imajinasi dan pikiran manusia. Dunia surealistis yang oleh penulisnya digambarkan dengan tingkah laku yang tidak seperti kebanyakan bisa kita dapatkan di dunia nyata.
Sumber: BukuBagus.com
0 komentar:
Posting Komentar