PENGARANG : Asma Nadia
PENERBIT : Mizan
HALAMAN :180 hal
TAHUN TERBIT : 2002/Cetakan V
Novel ini merupakan novel Asma Nadia yang diterbitkan pada tahun
2002. Novel ini telah mendapatkan penghargaan dari Adikarya IKAPI
sebagai buku remaja terbaik nasional. Buku ini berisi dengan berbagai
cerita-cerita pendek mengenai berbagai sisi kehidupan yang sering
terjadi saat ini. Salah satu kisah yang terbaik, yang dijadikan sebagai
judul novel ini yaitu “Rembulan di Mata Ibu”.
Kisah ini menceritakan mengenai kasih sayang seorang ibu yang bisa
dilihat dari berbagai sisi. Kasih sayang seorang ibu yang tidak harus
ditunjukkan dengan terus terang, namun bisa saja disembunyikan. Seorang
ibu pastinya tidak mungkin tidak menyayangi seorang anak yang
dikandungnya. Seperti dalam kisah ini, seorang anak perempuan yang
bernama Diah, sebagai tokoh utama, dan ibunya(Ibu nya Diah) yang saling
bersitegang setiap kali bertemu di dalam rumah. Setiap apa yang
dilakukan oleh Diah, dari mulai pakaian, ucapan, dan tingkah laku, tidak
pernah mendapatkan pujian dari sang ibu. Bahkan, ibunya selalu
mencelanya dengan kata-kata yang melukai perasaannya. Salah satu
contonya yaitu ketika Diah mengikuti kegiatan organisasi pemuda desa,
ibunya selalu berkata bahwa kegiatan tersebut tidak ada gunanya. Pernah
sekali, Diah berusaha menyenangkan hati ibunya, dengan cara memasakkan
makanan untuknya. Namun, tak ada ungkapan terima kasih yang keluar dari
mulut ibunya, yang keluar hanyalah kata-kata bahwa Diah hanya belajar
dan terus belajar dan tidak pernah mencoba memasak. Hati Diah pun lelah
mendengar kata-kata tajam yang menusuk. Hingga akhirnya, terdapat
kesempatan bagi Diah untuk melanjutkan ke bangku kuliah. Ia belajar
dengan sekuat tenaga agar bisa menjauh dari ibunya. Diah pun berhasil
pergi melanjutkan pendidikannya. Hingga akhirnya ia sukses menjadi
penulis dan menghasilkan uang yang dikirimkan setiap bulan untuk ibunya.
Suatu hari, kakaknya, yang tinggal di desa mengirimkan surat mengenai
ibunya yang sakit. Diah pun tertegun. Ia akhirnya memtuskan kembali ke
rumahnya dulu untuk melihat ibunya walaupun masih dalam perasaan sedikit
benci terhadap ibunya. Pertemuan keduanya bergitu mengharukan, yang
mana ibunya selalu mendoakan setiap langkah yang Diah lakukan. Selama
ini beliau keras terhadap Diah, agar Diah siap mengahadapi sulitnya
hidup, dan menjadi wanita yang tegar yang tidak akan kalah dengan
kesulitan yang menghadang. Beliau juga selalu menyimpan uang yang Diah
berikan. Ibunya tidak pernah memakai uang tersebut sedikitpun. Uang itu
ditujukan untuk pernikahan Diah. Diah kaget, bahwa selama ini ibunya
selalu memperhatikannya dan menyayanginya.
Dari kisah ini dapat diambil hikmah bahwa seorang Ibu akan menyayangi
anaknya sepanjang masa. Tidak mungkin perkataan seorang ibu tidak ada
maksud yang baik di dalamnya.
Selain kisah di atas, buku ini juga menceritakan banyak kisah yang
akan menyentuh hati setiap orang yang membacanya dan memberikan
kesadaran kepada diri setiap orang hal yang baiknya.
0 komentar:
Posting Komentar